Puisi mungkin adalah bentuk ungkapan hati. Aku memang lebih suka menulis puisi dari pada mengisi diary. Ungkapan hati yang mungkin tak selalu bisa aku jabarkan melalui kata-kata. Sekarang aku berada di titik terendah di hidupku. Semua orang pasti tak ingin membayangkan kejadian yang terjadi padaku terjadi pada mereka. Sendirian dan kesepian menjalani ujian terberat di hidupku. Orang yang aku harap setidaknya dapat mendengar cerita dan keluhanku malah menyatakan mundur. Banyak sekali puisi yang ketika aku menulisnya terhambat oleh tangisanku. Aku berharap kalian bergabung mengungkapkan isi hati lewat tulisan juga. Mungkin tak bisa menyembuhkan segala rasa. Tapi setidaknya bisa menguranginya. Thx......(^_^)v
Arsip Blog
Senin, 18 Agustus 2008
Anganku
Lelah sudah kutersadar diri
Aku ingin penuhi malamku dengan mimpi
Berangan dapat menyentuh wajah kekasih
Wajah yang selalu bergurat senyum untukku
Dan selalu kulihat ada sinar cinta di mata itu
Kini hanya cahaya bintang yang menerangiku
Tak kurasakan kehadiran sinar itu
Aku ingin penuhi malamku dengan mimpi
Berangan dapat menyentuh wajah kekasih
Wajah yang selalu bergurat senyum untukku
Dan selalu kulihat ada sinar cinta di mata itu
Kini hanya cahaya bintang yang menerangiku
Tak kurasakan kehadiran sinar itu
Kesepian
Kudapati keheningan di henbusan nafas ini
Terlalu tenang sehingga aku bisa mendengar denyut nadi
Kesedihan menjadi sahabat sejati
Kesepian menjadi kekasih
Aku berada di gurun sepi yang tiada bertepi
Terlalu tenang sehingga aku bisa mendengar denyut nadi
Kesedihan menjadi sahabat sejati
Kesepian menjadi kekasih
Aku berada di gurun sepi yang tiada bertepi
Bayangan
Tadi aku melihat bayangan
Semakin dekat dan semakin jelas
Bayangan itu tersenyum
Sungguh aku terbuai oleh senyuman
Yang nampak laksana bulan sabit yang melengkung itu
Kata hatiku mengajak untuk mendekati bayangan itu
Aku mendekat dan aku ulurkan tanganku
Namun bayangan akan tetap menjadi bayangan
Tak tersentuh seperti cahaya rembulan
Semakin dekat dan semakin jelas
Bayangan itu tersenyum
Sungguh aku terbuai oleh senyuman
Yang nampak laksana bulan sabit yang melengkung itu
Kata hatiku mengajak untuk mendekati bayangan itu
Aku mendekat dan aku ulurkan tanganku
Namun bayangan akan tetap menjadi bayangan
Tak tersentuh seperti cahaya rembulan
Kebenaran
Aku hanyalah insan
Yang pumya keterbatasan atas hati dan pikiran
Namun aku tak mau beralasan
Aku yakin dia akan memberiku jawaban
Menberiku jalan
Yaitu kebenaran
Yang pumya keterbatasan atas hati dan pikiran
Namun aku tak mau beralasan
Aku yakin dia akan memberiku jawaban
Menberiku jalan
Yaitu kebenaran
Selasa, 05 Agustus 2008
Mengharap rembulan
Gak akan ada yang sama lagi
Sekarang ataupun besok
Aku ingin hujan agar tak nampak air mataku
Bukankah tak salah jika aku berharap
Aku tak berharap dapat memiliki rembulan
Aku hanya berharap dapat menyentuh cahayanya
Tapi rembulan nampaknya akan pergi
Dan aku akan kehilangan cahayanya
Sekarang ataupun besok
Aku ingin hujan agar tak nampak air mataku
Bukankah tak salah jika aku berharap
Aku tak berharap dapat memiliki rembulan
Aku hanya berharap dapat menyentuh cahayanya
Tapi rembulan nampaknya akan pergi
Dan aku akan kehilangan cahayanya
Senyuman harapan
Menikmati kesunyian mungkin bukan jawaban atas kesedihan
Namun aku percaya akan ada ketenangan setelah itu
Aku tak ingin lagi bertanya apa dan mengapa
Semua yang sudah terjadi adalah kepastian
Air mengalir, matahari bersinar, dunia berputar
Kini aku berharap dunia menghamburkan senyum
Untuk hari ini dan nanti
Namun aku percaya akan ada ketenangan setelah itu
Aku tak ingin lagi bertanya apa dan mengapa
Semua yang sudah terjadi adalah kepastian
Air mengalir, matahari bersinar, dunia berputar
Kini aku berharap dunia menghamburkan senyum
Untuk hari ini dan nanti
Langganan:
Postingan (Atom)